Anand Krishna adalah seoang penulis yang peduli terhadap pemberdayaan diri, bagi Anand Krishna pemberdayaan diri bisa dilakukan oleh setiap individu. Dengan melakukan pemberdayaan diri, maka seseorang telah berkontribusi terhadap kebaikan dunia. Di dalam bukunya yang terbaru Bringing the Best in the Child – Memunculkan yang Terbaik dalam Diri Anak, yang merupakan buku bilingual (English dan Indonesia). Anand Krishna memaparkan tentang pendidikan terbaik bagi anak-anak.
Berikut ini adalah beberapa pemikiran Anand Krishna, yang saya kutip untuk kebutuhan artikel ini. Dimana Anand Krishna berupaya untuk kembali mengingatkan kita semua tentang apa tujuan pendidikan tersebut, dan bagaimana kita sudah melupakan tentang tujuan dari proses pendidikan.
Tragedi terbesar saat ini adalah, pendidikan telah menjadi komoditas. Layaknya barang atau komoditas perdagangan – pendidikan pun diperjualbelikan. Dan, kalau sudah menyangkut jual-beli, maka kita tidak bersaing dengan penjual lain yang menawarkan produk serupa. Kompetisi tidak sehat ini telah melahirkan sejumlah sekolah. Ada sekolah yang “dibangun” secara eksklusif bagi si kaya, ada pula sekolah yang dibangun bagi si miskin, dan yang jumlahnya paling besar, bagi mereka yang ada di tengag-tengah, sekolah untuk yang biasa-biasa saja.
SETELAH MEMPELAJARI SISTEM EDUKASI DAN SEKOLAH YANG ADA SEKARANG saya merasa sangat, sangat sedih bahwa tujuan pendidikan – “untuk apa” mendidik – telah hilang, benar-benar terlupakan.
Pendidikan, seperti yang kita semua tahu, dimaksudkan untuk “memunculkan yang terbaik yang ada dalam diri anak”. Tapi, apa yang terbaik yang ada dalam diri anak itu? Ya, yang ada “dalam diri” anak, bukan “dari seorang” anak.Yang terbaik dari “dalam diri” anak tidak ada kaitannya dengan potensi bawaan seorang anak. Hal terbaik dalam diri anak sama halnya seperti…
YANG TERBAIK YANG ADA DALAM DIRI MANUSIA ini tidaklah sama seperti “potensi tersembunyi” dalam diri anak yang kelak membuatnya menjadi dokter yang baik, insinyur yang masyhur, penulis produktif, politisi yang waras, atau seorang professional sukses di bidang tertentu. Profesi dan kesuksesan semacam itu hanya membuatnya layak disebut anggota masyarakat dan memastikan hidup mereka berkecukupan.Kesuksesan materi dan pencapaian semacam itu bukanlah “yang terbaik” yang bisa dicapai oleh manusia dan dari diri manusia.
YANG TERBAIK DALAM DIRI MEREK ADALAH KEMANUSIAAN MEREKA. Ya, kita harus senantiasa ingat bahwa yang terbaik dalam diri anak, yang terbaik dari seorang anak manusia – dari dalam diri setiap orang – adalah kemanusiaan kita.Apakah kita menghargainya, apakah kita menaruh sikap hormat pada baju manusia yang kita pakai; atau kenyataannya justru meremehkan dan melecehkannya?
Jangan salah paham, saya tidak mengatakan mendidik seorang anak, seorang siswa di bidang sains dan seni tidaklah penting, tidak sama sekali. Kemampuan di bidang itu juga dibutuhkan, tapi jangan sampai kita lupa, bahwa jika seorang anak tumbuh menjadi dokter, pengacara, insinyur, politisi, sebagi anggota parlemen – apa pun itu – tanpa kemanusiaan – maka ia hanya akan menjadi seorang monster, yang meneror lingkungannya untuk kepentingannya sendiri. Tidak lebih.
Kiranya, jangan sampai kita salah memahami “yang terbaik’ yang ada dalam diri anak hanya sebatas keahlian tertentu atau sekedar potensi saja.Yang terbaik dari dalam diri anak adalah sisi manusiawi dalam dirinya, kemansiaan.Ini sangat, sangatlah penting – untuk diingat.
Kita butuh sekolah, institusi pendidikan, perguruan tinggi dan universitas yang dapat memberikan kita dokter yang manusiawi, pebisnis manusiawi, industrialis manusiawi, dan yang terpenting dari semua itu adalah, kita butuh guru yang manusiawi, yang membantu memekarkan…
Masih banyak paparan mendalam Anand Krishna tentang pendidikan yang bisa menjadi renungan buat kita semua untuk memperbaiki diri, memperbaiki intitusi pendidikan. Sehingga kita bisa memunculkan yang terbaik dari generasi muda kita, dari generasi penerus kita.
Buku Bringing the Best in the Child – Memunculkan yang Terbaik dalam Diri Anak
Karya: Anand Krishna
Bisa di beli melalui SMS/WA Order: 087885111979
Tentang Anand Krishna
Setelah sembuh secara ajaib dari penyakit kanker darah, Anand Krishna mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan cinta kasih dan perdamaian. Ratusan judul buku yang bertemakan spiritual, meditasi, yoga dan pemberdayaan diri yang bersumber dari cinta kasih telah ditulisnya dan menjadi inspirasi jutaan orang di Indonesia.
Anand Ashram adalah padepokan yang dibangunnya untuk siapa saja yang ingin mendalami meditasi dan yoga, dengan meditasi dan yoga seseorang dapat meniti ke dalam dirinya. Di dalam dirinya itu-lah seseorang akan mulai mengenal dan merasakan cinta, yang kemudian selanjutnya cinta itu dikembangkan untuk mencintai diri sendiri dan kepada sesama.
Anand Krishna Meditasi IndonesiaSudah Sejak Kecil Anand Krishna Mengenal Ajaran Sufi
Sudah sejak kecil lelaki bertubuh besar ini berkenalan dengan ajaran sufi. Perkenalannya dengan sufi itu dimulai dari orang tuanya. Ayah Anand sangat terpengaruh dengan ajaran sufi di Sindh, Paskistan. Dan, di Sindh, bahasa ibunya memang menggunakan huruf Arab, bahasa Sindhi.
Tahun 1965, Anand ke India, dan sekolah di sana. Di situ ia bertemu dengan seorang master sufi yang sehari-hari penjual es balok. Di situ pula ia mengenal sistematikanya dari ajaran Jalaluddin Rumi, Abdul Kadir Jailani, Qadiria, dan lain-lain. Itu membuatnya semakin melihat keindahan ajaran-ajaran tasawuf itu.
Sembuh Dari Penyakit Kanker Darah
Setelah sekolah di India, ia kembali ke Indonesia. Kemudian ia ke Jepang dan bekerja negeri Sakura itu, sekitar dua tahun. Di sana pun Anand mulai mendalami ajaran Zen, meditasi Zen.
Ketika kembali ke Indonesia ia pun masih memilih pekerjaan yang ‘biasa-biasa’ saja, baru beberapa tahun kemudian membangun pabrik garmen. Kemudian dirinya terkena penyakit kanker darah, yang membuatnya menjual pabrik garmen tersebut.
Dalam cengkraman vonis kematian akibat penyakitnya itu, Anand pergi ke penggunan himalaya. Pasrah, namun di pegunungan tempat para spiritual menyepi dan bermeditasi itu justeru secara ajaib dan misterius dirinya sembuh dari penyakit kanker darah.
Anand kemudian kembali ke Indonesia dan mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan cinta kasih dan perdamaian melalui praktek meditasi dan yoga.
[Su, 2016]