Ternyata Niat Itu Bisa Menjadi Landasan Untuk Sukses, Berikut Ini Penjelasan Anand Krishna dalam Buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati”
Buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati” adalah buku padat berisikan tentang rahasia sukses secara holistik, di sajikan oleh Anand Krishna penulis produktif dalam bahasa sederhana yang mudah difahami.
Di dalam salah satu bagian buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati”, dijelaskan tentang kekuatan niat. Mari sejenak kita intip penjelasannya . . . .
To guarantee success, act as if it were impossible to fail.
Untuk menjamin keberhasilan, bertindaklah (dengan keyakinan) seolah kegagalan itu mustahil
(Dorothea Brande)
Kisah Kekuatan sebuah Niat
Sebelum memasuki rumusan Napoleon Hill, masih ada satu lagi cerita, sebuah kisah yang semestinya dapat meyakinkan kita semua akan kekuatan. Kisah ini dari kehidupan Napoleon Hill sendiri. Inilah yang disebut knowningness. Menyampakan sesuatu berdasarkan pengalaman sendiri. Bukan pengetahuan pinjaman, baik dari orang lain maupun dari buku.
Putra ke dua Hill lahir dalam keadaan cacat. Ia tidak memiliki daun telinga. Ya, ia lahir tanpa kedua daun telinganya. Saat itu, Hill masi berharap bahwa dengan kemajuan sains dan teknologi, kelak anaknya dapat dioperasi dan dibuatkan telinga palsu.
Namun, setelah diperiksa berulang kali oleh beberapa dokter ahli, harapan akan bantuan medis itu sirna, tapi Hill tetap yakin bahwa anaknya pasti bias mendengar dan bicara. Dia memperlakukan anaknya seperti itu. Walau anak itu tidak memiliki daun telinga, Hill menempelkan bibirnya di samping kepala di mana semestinya ia memiliki telinga dan menyampaikan apa saja yang ingin disampaikannya.
Dengan cara itulah Hill meyakinkan anaknya bahwa cacat tubuh tidak mengakhiri hidup. Beethoven tuli, Milthon buta, Mozart bahkan menderita gangguan jiwa. Kendati demikian mereka masih bisa berkarya, dengan hasil karya yang mencengangkan dunia.
Anak yang tuli sejak lahir sudah pasti tumbuh menjadi bisu. Kemampuan kita untuk berbicara tak terpisahkan dari kemampuan untuk mendengar. Kita belajar untuk berbicara lewat indera pendengaran. Bagi Hill, itu tidak menjadi soal. Dengan penuh keyakinan dan niat yang kuat, ia merawat anaknya. Pada suatu hari ia membawa pulang alat pemutar piringan hitam, gramofon. Dan dia menggendong anaknya, duduk dekat gramofon untuk menikmati musik.
Beberapa waktu kemudian, anak itu berlari-lari sendiri mendekati gramofon seolah dapat mendengar musik yang diputar oleh ayahnya. Maka, keyakinan Hill pun bertambah.
Ia mengirimkan anaknys ke sekolah biasa, bukan ke sekolah luar biasa untuk para tuna-rungu dan tuna-ganda. Kebetulan sekali, para guru yang mendengar cerita Hill bersimpati pula dan berjanji untuk membantu.
Cerita ini membuktikan keyakinan Hill yang di kemudian hari akan dia racik menjadi rumusan: Niat yang kuat ditambah kerja keras ditambah dengan pengertian oara guru di sekolah menghasilkan sukses.
Kisah ini disampaikan oleh Hill dalam buku Think and Grow Rich, maka saya tidak akan mengulanginya secara detail. Singkat saja, anak itu tumbuh dengan keyakinan dapat melakukan apa saja yang dilakukan oleh kakaknya. Lewat gerakan bibir dan tubuh, setidaknya ia pun dapat berkomunikasi dengan sang ayahdi rumah dan beberapa guru di sekolah, walau tuli dan bisu, sang anak tambah yakin akan kemampuan dirinya.
Kisah berikutnya adalah tentang kemandirian yang luar biasa… Anak kecil itu mulai berjualan koran dan menabung. Ia mengikuti jejak ayahnya yang memulai karier sebagai loper koran.
Dengan semangat yang membara, ia melanjutkan sekolah hingga masuk universitas. Selama itu pula, ia mulai bereksperimen dengan berbagai macam alat bantu dengar, walau hasilnya nihil.
Pada suatu hari ia mencoba salah satu alat yang baru diiklankan, dan bingo…. Tiba-tiba ia mulai mendengar. Awalnya ia tidak percaya, ia bingung… Ia menelpon ibunya yang berada di tempat lain, dan untuk pertama kali ia dapat mendengar suara wanita yang mengandung dan melahirkannya.
Ia menulis kepada produsen aiat bantu tersebut tentang apa yang dialaminya… Akibatnya, tanpa diharapkannya datanglah tawaran dari pihak produsen untuk menjadi duta keliling bagi produk mereka.
Putra Hill membuktikan bahwa apa yang diyakini oleh ayahnya bukanlah isapan jempol belaka. Faith can move mountains, keyakinan dapat memindahkan bukit dari tempatnya.
Orang bilang tentang keyakinan yang kuat, tapi….
Keyakinan adalah keyakinan, sesungguhnya tidak dapat dikategorikan kuat atau lemah.
Either you have faith or you don’t.
Anda yakin atau tidak. Pilihannya di antara dua saja.
Berdasarkan pengalaman sendiri, maka rumusan Hill pun dimulai dari keyakinan. Itulah butir pertama rumusan sang maestro. Kendati demikian, ia pun sadar bahwa 98% orang memang tidak yakin. Mereka tidak percaya pada apa yang mereka lakukan. Mereka tidak percaya pada keberhasilan atas apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, mereka tidak percaya pada pekerjaan mereka.
Itulah sebabnya hanya 2% orang yang meraih kebewrhasilan sejati. Sisanya dalam keadaan limbo, kaya tapi tidak berhasil. Atau, tidak kaya tidak berhasil.
Kendati demikian, jangan putus asa. Hill meyakinkan kita bahwa “kurang percaya diri”, “kurang yakin” adalah penyakit yang dapat disembuhkan.
Rumusan berikut dirangkum dari beberapa sumber. Hill sendiri mngubah urutan bahkan jumlah butirnya beberapa kali. Kadang 13 butir, kadang 15, kadang 17. Kadang ada butir yang ditambahkan, kadang dikurangi. Berikut adalah yang lengkap, keseluruhan butir yang pernah dirumuskan oleh Hill. Saya membaginya dalam tiga bagian besar:
- Landasan
- Tiang Penyangga
- Bangunan Utama
Landasan
- Will Power
Bukan sekadar keinginan, tetapi niat yang kuat; kekuatan kehendak.
Kekuatan niat atau will power jauh melebihi kekuatan keinginan. Keinginan tidak membutuhkan terlalu banyak energi. Dengan energi selemah apa pun kita masih tetap bias berkeinginan.
Mulla Nasrudin menyebarkan berita perkawinannya dengan Angelina Jollie, “Tidak lama lagi…”
Ketika “tidak lama” berubah menjadi “terlalu lama”, saya menegurnya, “Masih berapa lama?”
Mulla tetap mengulangi mantranya, “Tidak lama lagi, sudah hampir…..”
“Maksudmu, Mulla?”
“Ya begitu, sudah hampir…. Persiapan sudah mencapai 50%, tinggal 50% lagi….”
“Maksudmu?”
“Dari pihak saya sudah oke, semuanya beres. Kemauan saya, keinginan saya untuk menikahi dia sudah bulet , let, let, let. Tinggal sinyal hijau dari dia.”
Mulla boleh bulet dalam keinginannya untuk menikahi Jollie, bagaimana dengan kehendak Jollie? Kita boleh saja berkeinginan untuk menjadi Presiden Amerika Serikat atau Penguasa Dunia, tetapi dengan modal keinginan saja, kita tidak dapat menjadi presiden.
Kita boleh menginginkan bulan, tapi bulan tak akan jatuh ke pangkuan kita. Keinginan boleh sepenuhnya terdorong oleh khayalan. Tidak demikian dengan niat atau kehendak. Niat atau kehendak yang kuat tidak pernah berhalusinasi. Ia cerdas dan tahu persis bahwa bulan tak akan jatuh ke pangkuannya, maka tidak meniatkan hal itu.
Kemauan dan keinginan tidak membutuhkan kecerdasan.
Successful people move on their own initiative, but they know where they are going befire they start.
Mereka yang berhasil selalu bertindak susuai dengan inisiatif diriu mereka sendiri, tetapi mereka tahu persis tentang apa yang hendak mereka lakukan sebelum bertindak.
Hill melanjutkan:
- Imagination atau Creative Vision
Berimajinasi tidak sama dengan berandai-andai atau berkhayal. Itu adalah halusinasi. Berimajinasi berarti “memikirkan sesuatu yang bisa berada dalam jangkauan Anda”. Saat ini mungkin belum ada, tetapi bisa ada. Sebab itu, Hill juga menyebutnya creative vision, visi yang kreatif.
Seperti bulan, ada kalanya ia tidak terlihat. Ada kalanya ia tertutup oleh awan.
Namun, kita tetap bisa berimajinasi tentang bulan. Imajinasi valid. Tetapi, kita tidak berimajinasi bahwa bulan berada di pangkuan kita. Itu halusinasi, khayalan belaka.
Imajinasi memiliki dasar, dan dasarnya adalah pengalaman hidup kita. Dasarnya adalah apa yang telah kita alami atau saksikan dalam hidup ini. Imajinasi berdiri di atas dasar yang sangat kuat.
Imajinasi adalan bagian dari pikiran. Ia adalah proyeksi yang belum terwujud. Imajinasi adalah “cita-cita”; cita-cita yang kita “yakini” dapat kita capai; cita-cita yang tengah kita “upayakan” supaya terwujud.
Cita-cita, keyakinan, dan upaya-ketika tiga hal ini bertemu, keberhasilan akan mencium tepapak kaki kita.
Pujangga besar George Bernard Shaw pernah berkata:
You see things; and you say “Why?” But I dream things that never were; and I say “Why not?”
Kau melihat sesuatu, dan bertanya, “Kenapa?” Aku mengimpikan sesuatu yang belum ada dan mengatakan, “Kenapa tidak?”
Bernard Shaw tidak “bermimpi”, tetapi “meng”-impikan sesuatu. Bermimpi adalah fenomena alami, sulit untuk dikendalikan. Tetapi, mengimpikan sesuatu adalah sebuah upaya yang jelas. Ini yang disebut “imajinasi” oleh Hill. Bernard Shaw menggunakan istilah dream, Hill menggunakan kata imagination – tetapi maksud mereka sama.
Imajinasi adalah sesuatu yang kita “lakukan” – kita upayakan, kita kerjakan. Imajinasi adalah conscious effort. Imajinasi tidak mengunjungi kita begitu saja seperti mimpi. Imajinasi adalah sesuatu yang kita “yakini”. Sesuatu yang tidak diyakini adalah mimpi, khayalan, halusinasi. Bisa terwujud, bisa tidak. Sebaliknya, sesuatu yang kita yakini, sudah pasti terwujud. Hill menegaskan
The imagination is the workshop of the soul, wherein are shaped all plans for individual achievement.
Imajinasi adalah bengkel jiwa, di mana rencana keberhasilan dikerjakan.
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, imajinasi tidak berdiri sendiri tanpa upaya. Nah, upaya seperti apa? Jelas, upaya yang sungguh-sungguh.
Hill menjelaskan semangat seperti apa yang dibutuhkan:
Imagine NOT what you want to achieve, but as if you have already achieved what you want to achieve.
JANGAN berimjinasi tentang apa yang ingin kau capai, tetapi berimajinsi seolah kau telah mencapai apa yang kau inginkan.
Berarti imajinasi kita mesti dilandasi oleh keyakinan yang kuat, yang tak tergoyahkan. Tanpa kekuatan itu, kita berarti tidak memiliki visi yang kreatif.
Banyak yang mengeluh bahwa mereka kurang imajinatif. Mereka terlalu rasional. Sesungguhnya, setiap orang dapat berimajinasi. Setiap orang memiliki rasio dan imajinasi. Kesalahannya, selama ini hanyalah rasio yang dikembangkan. Imajinasi tidak diurusi.
Mereka yang mengeluh kurang imajinatif itu rata-rata tidak mempercayai kekuatan imajinasi. Mereka tidak dapat membedakan antara imajinasi dan lamunan.
Dari pengamatan saya, ada kalanya orang melamun justru karena tidak menindaklanjuti imajinasinya. Ia tidak memiliki niat yang kuat dan tidak cukup antusias untuk mewujudkan imajinasi menjadi kenyataan, kemudian malah melamun.
Kreativitas lahir dari imajinasi. Kemudian, kreativitas itu menambah kekuatan dan kemampuan seseorang untuk berimajinasi. Kreativitas dan imajinasi saling menunjang.
Bila imajinasi tidak ditindaklanjuti, manusia menjadi sangat tidak kreatif. Pikirannya menjadi stagnan. Ia menjadi keras, membatu. Ia tidak menghasilkan apa-apa.
Alam semesta ini adalah “imajinasi” Tuhan. Ia mengatakan “terjadilah”, maka alam ini terjadi. Kepercayaan-kepercayaan yang lahir dan berkembang di padang pasir maupun di lembah hijau, semuanya menyatakan demikian.
- Enthuasiasm
Lebih dari sekadar semangat untuk berkarya, tetapi antusias untuk berkarya. Keberhasilan tak dapat dipisahkan dari antusiasme atau semangat yang membara untuk berkarya supaya niat atau kehendak yang kuat mewujud menjadi kenyataan. Ini adalah proses alcheamy, kimiawi spiritual.
Niat atau kehendak yang kuat adalah energi. Antusiasme atau semangat yang membara mengubah energi menjadi materi, supaya dapat dinikmati. Mestikah kita mengubah energi menjadi materi? Ya, tidak mesti juga. Suka-suka. Bila Anda tidak membutuhkan keberhasilan duniawi yang dapat dinikmati di dalam dunia, biarlah energi itu tetap berupa energi. Tidak perlu berinisiatif. Pergi ke hutan saja, bertapa di sana.
Buku ini adalah bukan buku pegangan bagi para petapa, bukan pula bagi seorang pangeran yang meninggalkan istana untuk meraih pencerahan. Buku ini dimaksudkan bagi mereka yang ingin meraih pencerahan di dalam istana, bagi mereka yang ingin menjadi sufi di tengah pasar dunia (baca juga Sufi Solutions to World’s Problems oleh penulis)
Bagaimana menghasilkan energi antusiasme?
Hill menjawab:
To be enthusiastic act enthusiastically.
Untuk menjadi antusias, berkaryalah dengan penuh antusiasme.
Antusiasme tidak dapat dipisahkan dari keceriaan, dan keceriaan dalam berkarya adalah hasil dari rasa puas. Lalu, bagaimana meraih kepuasan dari suatu pekerjaan? Senangilah apa yang kau kerjakan.
Idealnya, kita melakukan apa yang kita senangi. Sayang sekali, tidak setiap orang memiliki pilihan seperti itu, maka pilihan keduanya adalah menyenangi apa yang kita kerjakan.
Perhatikan setiap sisi dari pekerjaan yang kita lakukan. Hargailah sisi-sisi itu. Kalau kita berdagang, misalnya, mestinya bukan hanya untuk mencari uang bagi diri dan menciptakan kesempatan bagi beberapa orang. Uang yang akan kita hasilkan akan bermakna kalau juga untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Lihatlah pekerjaan dari sudut pandang materi, maka keceriaan akan muncul sendiri, dan kita akan menjadi antusias.
Mari kita tingkatkan “nilai” pekerjaan kita. Mari kita gunakan nilai yang labih tinggi, yang lebih mulia, maka pekerjaan sehina apa pun di mata dunia akan menjadi sesuatu yang suci, sesuatu yang mulia.
Selanjutnya:
- Good Planning atau Definitiveness of Purpose
Bukan perencanaa yang baik, tetapi yang tepat. Sudah ada keyakinan, pun ada semangat yang membara untuk berkarya, tetap saja kita membutuhkan perencanaan yang baik/tepat. Kita tidak bisa kerja secara sembrono. Tidak bisa main hantam saja, kita sudah membaca sebelumnya: Successful people move on their own initiative – orang-orang yang berhasil tergerak oleh inisiatif diri.
Tetapi, “they know where they are going before they start” – sebelum memulai, mereka tahu persis apa yang akan dikerjakannya.
Berarti apa? Berarti, ada perencanaan yang cukup matang sebelum bertindak.
Hill mengaitkan Good Planning dengan Definitiveness of Purpose – tujuan yang jelas. Menurut Hill 98 dari 100 orang yang ditemuinya tidak memiliki tujuan yang jelas, maka niat mereka tidak cukup kuat. Kekuatan kehendak mereka tidak seberapa, dan kegagalan pun terhindarkan.
Dengan tujuan yang tidak jelas, perencanaan pun tidak jelas… dan,
Failing to planning to fail
Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan.
(Benyamin Franklin)
Hill menjelaskan kenapa tidak mampun merencanakan sesuatu, bahkan hidup mereka, dengan baik. Lagi-lagi ia mengaitkan hal ini dengan kepercayaan diri.
Ia menasehati kita untuk “percaya diri”, untuk “meyakini kemampuan diri”. Karena, itulah bekal untuk merencanakan sesuatu dengan baik.
Masalahnya, bagaimana mengembangkan rasa percaya diri? Salah satu cara yang pasti mujarab adalah dengan memberi sugesti kepada diri sendiri. Afirmasi seperti ini dapat membantu:
Ya, Aku mau, Aku Bisa.
Banyak di antara kita menderita penyakit ragu dan bimbang. Ada juga yang memiliki keinginan dan kemauan setinggi langit. Mereka memimpikan bulan jatuh di pangkuan. Ya, tidak bias juga.
Yang wajar-wajar saja. Bila penghasilan kita saat ini baru 2 juta per bulan, menginginkan penghasilan sepuluh juta mulai bulan depan menjadi kurang realistic. Mulailah dari 50% di atas penghasilan saat ini, atau 3 juta. Kemudian, ditambah terus. Niatnya diperkuat, pada saat yang sama berinisiatif dan bekerja keras secara cerdas.
Sebab lain kegagalan adalah jangka waktu yang sangat Panjang dalam sugesti. Misalnya kita memberi sugesti akan memperoleh 10 milyar dalam 10 tahun mendatang. Jangan. Bila 1 milyar per tahun adalah angka yang realistic bagimu, biarlah sugestimu untuk memperoleh 1 milyar dalam satu tahun. Kemudian, diperbaharui dengan sugesti serupa tahun depan.
Siapa yang dapat menjamin bila “nilai” 10 milyar setelah 10 tahun pasti sama dengan “nilai” 10 milyar saat ini? Barangkali, dan kemungkinan besar seperti itu, apa yang saya perolehdari uang 10 milyar hari ini, tak akan saya peroleh sepuluh tahun kemudian. Maka, berhati-hatilah dalam hal mensugesti diri.
Seorang ibu menanyakan nasib ansknya kepada seorang peramal: “Kelak dia akan menjadi apa ya?”
Sang peramal berkosentrasi sejenak, kemudian menjawab: “Saya melihat anak ibu dikelilingi oleh banyak mobil.”
Sang ibu menyimpulkan sendiri bahwa anaknya akan menjadi kaya raya, “Pasti banyak uang, maka dikelilingi banyak mobil.” Eh, tahunya anak dia menjadi tukang parkir di Tanah Abang…. Dikelilingi banyak mobil!
Sang ibu menginginkan anaknya menjadi kaya. Demikian harapannya, tetapi ia tidak berniat seperti itu. Tidak ada niat yang kuat. Maka, ia pun tidak menanamkan nilai “kerja keras” di dalam benak si anak. Ramalan dijadikan acuan, tanpa kecerdasan otak…. Ya tukang parkirlah hasilnya.
Ingat kata-kata berikut dari Dale Carnegie:
Flaming enthusiasm, backed by horse sense and persistence, is the quality that most frequently makes for success.
Saya terjemahkan secara bebas saja, biar lebih gampang dicerna. Horse sense bisa dierjemahkan sebagai kerja keras seperti kuda, tapi juga bisa diterjemahkan sebagai “indera kuda”. Kuda dapat mencium bahaya. Ia dapat merasakan sesuatu yang tidak enak. Beberapa indera kuda jauh lebih berkembang daripada indera manusia.
Semangat yang membara, ditambah dengan kerja keras dan ketekunan itulah rahasia utama sukses.
Hill juga mengingatkan kita bahwa:
Titik awal dari keberhasilan sejati adalah perencanaan yang matang sesuai niat kita. Itulah fondasi keberhasilan.
Demikian empat butir pertama rumusan Hill. Butir-butir yang paling penting, dalam pengertian inilah Landasan dari Rumusan Hill. Butir-butir lain merupakan tiang-tiang penyangga dan bangunan yang akan kita bangun Bersama di atas landasan niat yang kuat.
Whether you think you can or whether you think you can’t, you are right.
Kau berpikir bisa atau tidak bisa, kau selalu benar.
(Henry Ford)
Apa yang dapatkita raih dana pa yang tidak dapat diraih, keberhasilan dan kegagalan kita, adalah hasil dari pikiran kita sendiri. Keduanya adalah hasil keyakinan kita, dari niat kita.
The greatest discovery of time is that a human being can alter his life by altering his attitude of mind.
Penemuan paling hebat di masaku Adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya, dengan mengubah cara pikirnya.
(William James)
Hmm, William James lupa bahwa yang disebutnya penemuan itu bukanlah penemuan baru. Ya, hanya penemuan kembali. Lebih dari 2.000 tahun sebelumnya, Buddha telah mengatakan hal yang sama:
We are what we think, with our thoughts we make our world.
Kita adalah hasil dari pikiran kita sendiri, dengan pikiran pula kita membuat dunia kita.
(Buddha)
Demikian, Landasan yang dibuat oleh Hill. Selanjutnya, kita akan membangun tiang-tiang penyangga dan bangunannya itu sendiri.
Luar biasa!
Masih banyak ilmu dan rahasia sukses yang dipaparkan oleh Anand Krishna melalui buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati”, bagi Anda yang tertarik untuk mempelajarinya langsung saja buku lembaran demi lembaran buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati” tersebut.