Sumber tulisan di bawah bersumber dari kajian “Bhagavad Gita” yang diberikan Anand Krishna secara rutin, dimana Beliau membahas dan mengupas ayat demi ayat yang terkandung di dalam Bhagavad Gita. Banyak pesan tersembunyi yang terkandung di dalam ayat-ayat Bhagavad Gita dipaparkan oleh Beliau dalam bahasa keseharian.
Mari sama-sama kita simak wejangan Beliau melalui video yang berjudul “Bhagavad Gita 05.11-15: Bebas dari Belenggu Indra dan Menjadi Raja bagi Diri Sendiri”
“Gusti Pangeran tidak menentukan, mengadakan, menyebabkan pelaku, pun tidak menentukan laku para pelaku. Tidak pula Ia mengaitkan laku atau perbuatan dengan hasilnya. Sesungguhnya, semua itu terjadi secara alami, karena sifat alam kebendaan itu sendiri.” Bhagavad Gita 5:14
Banyak hal yang terjadi itu sebetulnya karena harus terjadi seperti itu. Kalau sedikit-sedikit kita merasakan sebagai pelaku maka kita akansedih sendiri berlebihan duka juga berlebihan. Banyak hal yang terjadi, kalau ada bencana misalnya mau bikin apa? What can you do?
Ya kita harus hati-hati, misalnya berulang kali saya mengatakan kita pun sudah melakukan kesalahan. Sebetulnya di Bali ini pulau kita begitu kecil. Kita semestinya membangun itu mengikuti, di situ kita mengikuti adat para leluhur kita. Di rumah-rumah Bali Kuno saya nggak ingat kalau tahun70-an saya pertama kali ke Bali itu saya nggak ingat saya pernah lihat rumah seorang teman orang Bali yang punya lantai dua. Ada nggak tahun70-an yang lantai dua? Jarang sekali saya kira. Karena memang di Bali yang pulaunya kecil begini, dua lantai itu tidak cocok, karena kita juga sering mengalami gempa. Dan kalau terjadi gempa, orang mati bukan karena gempanya, karena reruntuhan. Kalau lantai kita cuma satu terjadi gempa, terjadi apa pun ya rumah akan hancur, tetapi orang tidak akan mati. Dia bisa cepat keluar dari rumahnya. Jadi ada banyak hal yang kita harus mengikuti, mengikuti tradisi yang sudah baik. Tradisi yang kurang baik direformasi, tradisi yang tidak baik dilepaskan.
Di dalam tradsisi kuno ada satu kata dalam bahasa Sanskrit yang sedikit terdistorsi, saya lagi pelajari Prakram. Prakram itu berarti keberanian. Keberanian, keteguhan untuk berkarma dalam pengertian berkarma yang baik. Berbuat yang baik. Jadi di sini ada istilah desa prakraman kan? Pakraman itu ternyata dari prakram dan prakram berarti keteguhan, keberanian untuk berkarya yang baik. Jadi bukan sekedar adat, kalau adat itu kebiasaan ini istilah yang digunakan oleh leluhur kita dari zaman Majapahit, desa Prakraman dimana orang-orang punya pendirian, punya keteguhan hati, orang-orang punya keberanian untuk berbuat yang baik. Luar biasa lho kata Prakraman. Prakram atau prakraman ini adalah kata yang sangat-sangat penuh dengan arti. Kalau kita memahami itu selamatlah Bali. Boleh dihajar diapa pun juga, kita akan dengan teguh menghadapi segalanya dengan mengingat apa yang menjadi dharma kita. Dan dalam tradisi Hindu prakram, keberanian itu nggak berdiri sendiri. Tidak ada orang menjadi berani terus berdiri sendiri terus dia menjadi hero.
Rahwana, dia adalah seorang prakrami, adalah orang yang berani tapi karena landaannya bukan dharma kita menolak Rahwana. Ada nggak satu pun anak yang dinamakan Rahwana. Dia seorang pandit yang luar biasa. Dia seorang pemuja Shiva. Tapi nggak ada anak kita yang nama Rahwana kan? Karena landasannya bukan dharma. Boleh berani kalau landasannya bukan dharma bukan prakraman. Bukan prakram.
Keberanian tanpa landasan dharma bukan keberanian. Jadi leluhur kita mencari istilah-istilah itu luar biasa penuh dengan makna. Kalau kita memahami makna itu kita bisa menjaga integritas Bali, nggak usah lagi kita menghadapi situasi di mana anak-anak kita yang tidak memahami dharma meloncat pagar keluar. Nggak akan meloncat pagar kalau dia memahami apa maksudnya dharma. Landasan dharma, di atas landasan dharmaitu seluruh bangunan masyarakat kita, desa prakraman, prakram dengan penuh keberanian dibangun. Ini juga maksudnya Krishna tadi bahwa Guati Pangeran tidak menentukan, mengadakan, menyebabkan pelaku, pun tidak menentukan laku para pelaku. Tidak pula Ia mengaitkan laku atau perbuatan dengan hasilnya. Sesungguhnya, semua itu terjadi secara alami, karena sifat alam kebendaan itu sendiri.
Kita menghadapi segala macam kondisi itu jangan melulu menyalahkan Tuhan. Jangan melulu sedikit-sedikit sakit, kalau sakit pergilah ke dokter. Sakit pergilah ke tabib. Jangan sedikit-sedikit wah ini karena ini karena itu, karena begini karena begitu. Kita menjadi bertakhayul. Tidak demikian para leluhur kita. Leluhur kita menciptakan ilmu science pengobatan yang paling utama, dan paling utama ayurveda. Ayurveda itu ilmu science untuk menua secara sehat. Bayangkan kalau kita menjadi tua masih sakit-sakitan, bagaimana kita bisa menua secara sehat, secara anggun itulah ilmu ayurveda. Dan jamu-jamuan kita semuanya dari ayurveda. Jadi kita punya tradisi yang luar biasa ini adalah ilmu kebendaan. Jangan sedikit-sedikit sakit perut kemudian karena ada energi negatif di rumah saya ada leak ada apa. Ada macam-macam. Nggak ada coba cari deh orang-orang yang suka leak mereka juga jatuh sakit.
Kemarin dapat berita ada orang luar biasa bisa leak bisa macam-macam lagi di Sanglah. Dia kirim message kepada saya jadi ini normal. Kita mengatakan ini normal orang sakit ya sakit.
Saya pernah ajak seorang teman, orang Bali tahun 95, 96 ke India ke Daramsala Pegunungan Himalaya. Masih belum tinggi banget. Tapi sudah 3000-an meter di atas permukaan laut. 2500-3000 m begitu. Lagi dingin, waktu itu tahun 95 itu masih tidak banyak hotel yang central heating. Jadi kita harus sewa. Kita dapat kamar kita harus sewa heater. Alat pemanasnya kecil-kecil. Seperti toaster. Jadi cukup untuk 1 orang. Nah di kamar itu berdua. Saya bilang Pak kita sewa dua. No, nggak chakra saya sudah terbuka saya mengajar kanuragan, nggak apa-apa saya. Saya bilang bener? Kita sewa nggak apa-apa. Paling bayar 100 rupee setiap hari. Nggak sampai Rp 20.000 waktu itu. Sekarang 20.000 rupiah. Cuma segitu. Dia bilang nggak, saya cukup kuat.
Bayangkan orang dari Bali yang di sini panas mau kanuragan, mau seperti apa pun juga nggak tahan dingin pasti. Di sana sudah kedinginan besoknyas udah sakit satu malam, kondisinya kanuragannya sudah nggak bekerja. Besoknya saya bilang Pak sekarang kita. Nggak ini karena ada betara apa ceritanya kok sampai jauh banget. Saya bilang nggak pak ini kita di pegunungan Himalaya bukan, betara dari Bali nggak ada di sini. Kita di sini butuh betara alat ini. Hari ketiga dia baru mau pakai karena dia nggak tahan lagi. Malam ketiga baru mau pakai malam kelima kita sudah berangkat pulang. Selama perjalanan dia sakit. Pasti sakit.
Jangan sedikit-sedikit ke leak. Betara nggak punya kerjaan lain cuma marah. Betara banyak pekerjaan lain. Kalau pun Betara marah pada kita? Pernah terpikir nggak kalau nggak bikin upacara ini Betara akan marah. Bukan Betara di dalam tradisi Hindu yang suka marah-marah itu, cuma satu orang Resi Durvasa. Pernah dengar nama Durvasa? Dia suka marah-marah. Dan dia sudah lahir kembali dia juga harus lahir kembali karena marah-marahnya itu. Jadi sembahyang kepada Tuhan, kepada Sang Hyang Widhi dan hormatilah dewa-dewa ini, karena dewa-dewa ini mengurusi rumah tangga kita. Pepohonan, tumbuh-tumbuhan semuanya diurusi oleh dewa-dewa kitaharus menghormati semuanya. Dalam tradisi Hindu ada Kuldeva, setiap rumah itu ada dewanya. Dan semuanya ini adalah dewa-dewa yang baik-baik. Yang marah-marah nggak ada. Coba lihat dalam tradisi Hindu nggak ada dewa pemarah. Nggak ada, adakah dewa pemarah? Pemangku-pemangku harus tahu dong. Setahu saya nggak ada dewa pemarah kan? Dewi Lakshmi uang, Kubera uang, Chaisen uang, dewa-dewa yang ngurus uang banyak. Dewa kesehatan Dhanvantri banyak dewa sepertinya nggak ada dewa pemarah. Jadi Betara pemarah nggak ada. Betara semuanya baik-baik. Dan semuanya sedang melindungi kita semua. Kita menghormati mereka, kita menyayangi mereka, kita memberikan offering kepada mereka dan offering pun Krishna mengatakan offering-offering seperti ini baik jangan buang terlalu banyak uang, berikan offering kepada orang yang butuh. Layanilah Tuhan yang bersemayam dalam setiap orang. Seorang fakir miskin anak-anak yatim piatu.
“Hyang Maha Hadir tidak terpengaruh oleh perbuatan baik maupun buruk. Kesadaran, Pengetahuan Sejati tertutup oleh ketidaksadaran, ketidaktahuan, yang membingungkan makhluk-makhluk hidup seantero alam.” Bhagavad Gita 5:15
Hyang Maha Hadir hadir di mana-mana bukan karena dipanggil Tuhan, tidak.
Ketidaktahuan, gelapnya ketidaktahuan ini membuat kita tidak memiliki Pengetahuan Sejati. Ini yang membuat kita sengsara. Kenapa kita sengsara? Karena kita tidak memiliki Pengetahuan Sejati. Seperti tadi saya memberikan contoh. Orang tidak akan membodohi kita dengan mengatakan Betara lagi marah kalau kita tahu bahwa yang namanya Batara, Avatar itu nggak pernah marah. Nggak pernah marah dia akan mengoreksi kita dan kalau lagi mengoreksi kita, itu jangan dianggap marah.
Kalau kita keracunan makanan apa yang kita lakukan? Kita makan norit. Norit itu apa kalau keracunan makanan jangan makan diatablet. Kalau sedang mencret dihentikan mencretnya malah keracunannya bertambah. Anda bisa sakit beneran. Kalau lagi keracunan lagi mencret justru makan norit dibuatkan keluar semuanya. Jadi kalau ada sesuatu yang tidak benar dalam hidup Anda jangan cepat-cepat oh dewanya lagi marah, kasih obat diatab. Biar nggak marah-marah biar dihentikan, malah lebih sakit. Kalau dewa lagi marah berarti norit lagi bekerja paham kan? Norit lagi bekerja biarkan keluar. Kadang-kadang kita perlu sedikit penderitaan, perlu sedikit kesengsaraan untuk mengapresiasi kebahagiaan itu seperti apa. Dan supaya kita tidak mengundang kesengsaraan lagi.
Sekarang misalnya ada gunung meletus, ada bencana alam, begitu banyak hal yang sedang terjadi. Mari kita belajar ini tanda-tanda apa? Kenapa bisa terjadi seperti itu kita perbaiki diri. Kita perbaiki diri dengan mengadopsi dengan cara hidup yang benar. Kalau kita sakit-sakitan pertama-tama yang harus kita jaga itu adalah makanan. Hampir semua penyakit itu dimulai dari makanan yang tidak benar. Kalau kita bisa paham mulai memperhatikan makanan apa yang bisa membuat saya kacau, makanan apa yang membuat saya kebanyakan gas. Hal-hal yang kecil karena kalau tidak sadar tentang makanan kita tidak bisa sadar tentang hal-hal yang lebih tinggi.
Makanan ini adalah kesadaran paling awal. Kalau kita bisa sadar makanan apa yang baik makanan apa yang tidak baik, hal-hal lain akan lebih gampang. Jadi Krishna selalu mengingatkan bolak-balik ada hal-hal yang terjadi karena kebendaan itu. Penyakit sekali-kali kena flu, kena apa jangan cepat-cepat ada energi negatif. Tidak.
Kita harus mempraktekkan Bhagavad Gita ini dalam kehidupan sehari-hari. Dulu zaman itu Krishna memberikan kepada Arjuna yang sedang menghadapi perang. Sekarang kita menghadapi perang setiap hari. Dulu seumur hidup dapat perang yang lebih besar. Sekarang perang kita setiap hari menghadapi situasi kondisi menghadapi begitu banyak tantangan dalam hidup kita. Kita sedang menghadapi perang setiap hari Krishna mempersiapkan kita untuk menghadapi semua tantangan itu. Bukan melarikan diri. Jadi kalau selama ini kita diberitahu kalau baca Bhagavad Gita, baca Veda orang bisa gila karena dia sendiri mungkin malas baca. Belum baca. Jadi nggak ngerti maksudnya pada hal di mana-mana ada patung Krishna dan Arjuna lagi di atas kereta kuda. Bukan lagi sembahyang terus turun Bhagavad Gita. Nggak sedang menghadapi tantangan hidup dan turun Bhagavad Gita. Terimakasih