Anand Krishna tokoh spiritual sekaligus penulis produktif ratusan judul buku yang bertemakan spiritual, meditasi dan yoga meraih gelar Doktor bidang Comparative Religiondari University of Sedona di Arizona, USA.
Lewat disertasinya yang berjudul “The Spirit of Service and True Volunteerism in World Religions and Its Relevance Today” atau spirit pelayanan dan kesukarelawanan dalam ajaran-ajaran agama dunia dan relevansinya di masa kini. Anand mengupas tentang semangat berkerja tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
Mengutip penjelasan Dr. Masters, pendiri Universitas Senoda, disertasi yang ditulis Anand cukup komprehensif, yang menunjukkan bahwa sebagai kandidat doktor, Anand telah melakukan riset yang cukup intensif. “Dalam hasil evaluasi itu, Dr. Masters juga menyatakan bahwa kekuatan disertasi tersebut adalah penjelasan relevansi ‘berkarya tanpa pamrih’ dalam keseharian hidup,”
Terinspirasi Dari Bhagavad Gita
Anand Krishna sendiri mengemukakan, dia terinspirasi untuk menulis disertasi ini oleh sebuah ungkapan dari serat Bhagavad Gita yang untuk pertama kalinya diterjemahkan pujangga baru Amir Hamzah dalam bahasa Melayu, yang juga sering dikutip oleh Bung Karno.
Dalam disertasi Anand Krishna menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan berkarya tanpa pamrih adalah berkarya dengan tujuan kepentingan umum dan bukan sekadar kepentingan pribadi (transpersonal motive).
Sehingga dalam dunia usaha misalnya, “para pengusaha semestinya memikirkan corporate national responsibility” – kewajiban mereka terhadap negara dan bangsa dan bukan sekadar kewajiban mereka terhadap korporasi yang dipimpinnya saja, atau sekadar untuk kepentingan keluarga dan kroni.
Menumbuh Kembangkan Jiwa-Jiwa Kesukarelawanan
Disertasi Anand Krishna penuh referensi berbagai tradisi, kepercayaan, budaya, agama, yang semuanya menjelaskan apa yang sejak tahun 2006 juga sudah diakui oleh dunia barat. Yakni perusahaan-perusahaan besar dan pelaku bisnis sudah semestinya berpikir “besar” tentang kepentingan umum, termasuk pelestarian lingkungan, fair-trade, dan sebagainya.
Hal ini juga pernah dibahas oleh Business Week. Dan bahkan Sekjen PBB Ban Ki-moon pernah juga menyampaikan, jiwa kesukarelawanan dan berkarya dengan tujuan kesejahteraan bersama inilah yang dapat menyelematkan dunia.
Falsafah hidup gotong-royong sebenarnya sudah tidak asing langi bagi bangsa Indonesia, sudah sejak dahulu nenek moyang kita melakoni faham tersebut. Hanya saja seiring waktu faham tersebut mulai terlupakan, sekarang adalah saat yang tepat untuk kembali menumbuh kembangkan semanagat bergotong-royong, berkerja tanpa pamrih.